NewsDecember 15, 2022

Indonesia Energy Transition Outlook 2023 Hidrogen Hijau Potensi Jadi Bisnis Utama Baru Pertamina


“Apakah Indonesia punya kesempatan untuk akselerasi percepatan pengembangan energi baru terbarukan di 2023?”

Pertanyaan ini muncul dalam diskusi yang dilaksanakan Institute for Essential Services Reform (IESR) dengan tajuk Indonesia Energy Transition Outlook 2023  Rabu (15/12).  Diskusi ini dihadiri pembicara yang berasal dari latar belakang beragam, selain  Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE Dannif Danusaputro, hadir juga Harris Yahya, selaku Direktur Panas Bumi Kementrian ESDM, Suzanty Sitorus, Direktur Eksekutif Viriya ENB, dan Octavianus Bramantya selaku Tim Kerja Harian Net Zero Hub, KADIN.

Menanggapi pertanyaan di atas, Dannif sebagai CEO Pertamina NRE menjelaskan bahwa Pertamina telah melakukan langkah-langkah   strategis melalui kegiatan dekarbonisasi dan pengembangan energi bersih dalam menjalankan transisi energi.

“Pertamina terus bergerak menghadapi disrupsi dunia energi, dan sebuah keniscayaan bagi Pertamina  untuk fokus dalam pengembangan energi-energi bersih dan pengurangan emisi karbon, jika semua berjalan lancar, maka percepatan sangat berpotensi terjadi” terang Dannif.

Selanjutnya Dannif menjelaskan bahwa Pertamina lewat Sub Holdingnya Pertamina New and Renewable Energy (NRE) semakin  gencar bergerak sebagai lokomotif transisi energi, mulai dari  mengembangkan energi baru terbarukan ,  Ekosistem kendaraan listrik, seperti Battery Swapping, Battery Charging, dan Infrastruktur lainnya sampai mengembangkan Hidrogen bersih yang dalam proses produksinya menggunakan energi bebas emisi .

Menurut Dannif, Green Hydrogen (hidrogen bersih)  ini  memiliki potensi yang besar sebagai  “key new business “ Pertamina. Green Hydrogen dapat dikembangkan menjadi green ammonia, green methanol,dan lainnya. Hal-hal ini dapat mendukung industri-industri besar lainnya yang belum bisa dielektrifikasi menggunakan baterai.   “Kita mulai tahun ini mengalokasikan resources,  kedepannya kita akan melakukan alokasi capital,dan pemetaan proyek-proyek potensial. Kita juga tengah menjalin kerjasama dengan berbagai partner strategis, untuk benar-benar merealisasikan hidrogen bersih ini” ujar Dannif

Masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk memastikan green hydrogen atau Renewable energi lainnya  berjalan lancar di Indonesia, diantaranya terkait perizinan , regulasi, dan hal lain yang akan berpengaruh untuk perkembangan transisi energy ke depan. Selain itu  kapasitas developer pelaksana program juga harus mumpuni.

 “Walau masih dalam tahapan studi, kita optimis akan berhasil dalam pengembangan hidrogen bersih ini, tapi kita tetap harus memperhatikan  faktor-faktor lain seperti regulasi, perizinan atau aturan terkait  carbon tax yang akan memengaruhi demand pasar nantinya  dan yang tak kalah penting, kita juga harus memperbanyak rekanan yang capable agar bisa memproduksi green energy yang berkualitas” tambah Dannif

Hal senada juga disampaikan Harris Yahya, Direktur Panas Bumi Kementrian ESDM, beliau menyampaikan bahwa pemerintah juga tengah menyusun unit yang khusus bertugas memantau pelanggaran-pelanggaran oleh badan usaha di Indonesia,  ini merupakan komitmen pemerintah agar terwujudnya system yang baik terkait pemanfaatan energi dan dekarbonisasi di Indonesia.  “Semangat pemerintah telah sama dengan semua pihak  terkait transisi energi ini, antar kementrian juga terus berkordinasi dan berkomunikasi agar terbentuk alur yang baik dan seimbang antar aspek” terang Harris.

 

Pertamina NRE konsisten dan berkomitmen untuk mengembangkan energi bersih di Indonesia, seperti diketahui, Indonesia memiliki potensi energi baru dan terbarukan (EBT) yang melimpah, yaitu mencapai lebih dari 400 GW dan baru dimanfaatkan 2,5% atau setara 10 GW. Oleh sebab itu Pertamina NRE terus berkolaborasi dengan banyak pihak untuk mengembangkan energi baru terbarukan seperti geothermal, surya, angin dan biomass. Inisiatif-inisiatif dalam pengembangan energi baru dan terbarukan serta dekarbonisasi ini dilakukan Pertamina NRE sebagai bentuk  implementasi environment, social, and governance (ESG) serta dukungan terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, terutama tujuan ke-13, yaitu penanganan perubahan iklim.

 

###